Apakah naga itu makhluk mitos atau simbol kekuasaan yang nyata di zaman modern?
Di Tiongkok, naga adalah simbol keberuntungan dan kemakmuran. Tapi bagi sebagian lainnya, naga adalah simbol dari sesuatu yang lebih menakutkan: kekuatan yang melilit, seperti utang. Bagaimana mungkin satu makhluk bisa dimaknai begitu berbeda?
Secara mitologis, naga sering digambarkan menyerupai ular: panjang, bersisik, dan kuat. Dalam Islam, ular memang disebut dalam kisah-kisah Nabi, seperti tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular besar. Namun, tidak ada dalil yang secara eksplisit menyamakan ular dengan utang.
Meski demikian, dalam hadits sahih, Nabi Muhammad SAW sangat mewanti-wanti bahaya utang:
Sesungguhnya seseorang jika berutang, maka dia akan berkata lalu berdusta, dan berjanji lalu ingkar." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sinilah muncul analogi reflektif, yakni utang itu seperti ular yang melilit, tak tampak dari luar tapi menekan jiwa dari dalam.
Jika kita melihat realitas modern, "naga" bisa ditafsirkan ulang sebagai simbol kekuatan finansial seperti bank sentral, korporasi global, investor raksasa, hingga rentenir digital. Mereka menguasai aliran uang, menentukan harga, dan bahkan nasib ekonomi negara-negara berkembang.
Apakah pemberi utang adalah pahlawan? Bisa jadi, jika utangnya adil dan membawa keberkahan. Tapi jika sistem hanya menguntungkan sang pemilik modal, dan menindas mereka yang tak punya pilihan, maka "naga" itu bukanlah simbol kemakmuran, melainkan penjajah baru dalam balutan angka dan kontrak.